Membangun karakter kebangsaan tidak akan jauh dari konsep-konsep dalam ajaran agama, tentunya bagi suatu bangsa yang mengakui eksistensi Tuhan sebagaimana bangsa Indonesia yang sudah cukup jelas menempatkan ‘ketuhanan yang maha esa’ sebagai pedoman hidup sekaligus cita-citanya.
Keberagaman bukanlah sebuah penghalang dalam membangun karakter kebangsaan yang menjadikan agama sebagai~ kalau boleh dikatakan “kawah Candradimuka” yang senantiasa menempa mentalitas tiap-tiap individu untuk mencapai terwujudnya bangsa yang berkepribadian, tentu juga didalamnya adalah individu-individu dengan idealism, bukan sekumpulan manusia yang terasing dari kemanusiaannya.
Idealisme dalam diri individu akan terbentuk jika individu mulai perduli dengan lingkungan sekitarnya, bagaimana mungkin ada idealism dalam diri individu yang acuh atau bahkan anti sosial? Pembangunan akhlaq jadi unsur utama disini, Allah Ta'ala telah menegaskan prinsip akhlaq dalam kerangka hablum minallah dan hablum minan nas dalam firman-Nya sebagai berikut:
“Mereka telah ditimpa kehinaan di mana pun mereka berada, kecuali bila mereka menyambung hubungan dengan Allah ( hablum minallah ) dan dengan sesama manusia ( hablum minannas ). Dan mereka juga ditimpa dengan kemurkaan dari Allah dan ditimpa pula oleh kemiskinan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi-nabi dengan tidak benar. Yang demikian itu karena akibat dari kedurhakaan yang mereka lakukan dan mereka adalah orang yang melampaui batas.” ( Ali Imran : 112)
Tidak perlu disangsikan lagi, bangsa Indonesia adalah bangsa yang mengakui eksistensi Tuhan, dan moral keagamaan jadi sangat penting dalam membangun karakter kebangsaan sampai kapanpun. Sebagaimana ~ dan penulis juga bersepakat dengan warga Nahdliyin yang berpandangan: menjadi Islam 100% di negeri ini adalah juga menjadi nasionalis 100%.
Adapun konsep kosmologi masyarakat Jawa dan Bali melalui Tri Hita Karana yang juga menyampaikan pola hubungan manusia demi mencapai sebuah tatanan masyarakat yang beradab. Tri Hita Karana, secara sederhana dapat dijelaskan: hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Tri Hita Karana ,berasal dari bahasa sansekerta. Dari kata Tri yang berarti tiga, Hita berarti sejahtera dan Karana berarti penyebab. Pengertian Tri Hita Karana adalah tiga hal pokok yang menyebabkan kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia.
Konsep ini menekankan pada tiga hubungan manusia yang saling terkait satu sama lain dan saling mengimbangi. Tidak dapat dibayangkan, bagaimana bila seorang individu mulai terasing dari kemanusiaanya sendiri, hanya hidup sebagai makhluk individu tanpa mengenali dirinya sebagai makhluk sosial, atau bahkan tidak dua-duanya karena tidak lagi mengenal Tuhannya.
Menjaga hubungan dengan Tuhan sangat penting sebab akan dapat menjaga hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan alamnya, jadi, menjadikan agama sebagai pedoman dalam membangun karakter kebangsaan sangatlah penting.